PRINSIP ARCHIMEDES PADA ILMU PELAYARAN
Posted by: SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI Posted date: Januari 19, 2018 / comment : 0
Kapal laut adalah sarana transportasi  laut yang sangat penting untuk menghubungkan antara satu pulau dan pulau  yang lain. Selain itu, fungsi terpenting kapal laut adalah kemampuan  untuk dapat mengangkut muatan dalam jumlah yang sangat banyak. Merupakan  sebuah fakta yang perlu diketahui, seandainya barang-barang dari Pulau  Jawa didistribusikan menggunakan kapal laut untuk jarak yang jauh  (misalkan dari pelabuhan di Jakarta ke Semarang, Surabaya, dan kota-kota  di Bali dan Sumatra), harga barang-barang akan menjadi lebih murah dan  jalanan tidak akan rusak oleh penggunaan truk yang melebihi muatan.
Untuk menunjang fungsi kapal laut yang  sedemikian penting, tentunya kapal harus didesain agar tahan terhadap  beban-beban gaya yang bekerja, baik pada saat proses bongkar muat maupun  pada saat berlayar. Beban gaya yang bekerja pada kapal laut dapat  dikategorikan sebagai beban muatan dan beban struktur kapal itu sendiri  serta beban gaya yang dihadapi dari kapal itu seperti gelombang laut dan  angin.
Kapal Tenggelam
Kita masih ingat dengan kejadian tragis  yang merenggut 1502 nyawa manusia di kala kapal Titanic tenggelam di  Samudera Atlantik setelah menabrak gunung es. Titanic berlayar dari  Southampton menuju New York dan itu merupakan pelayaran perdananya.  Kapal penumpang dengan desain perabot interior yang sangat mewah pada  saat itu membuatnya menjadi kapal penumpang dambaan bagi setiap orang.  Namun, nasib malang menimpa kapal tersebut saat mengalami tubrukan  dengan gunung es.
Setelah tubrukan, air dengan cepat masuk  ke dalam kapal pada bagian haluan (depan). Berangsur-angsur bagian  haluan dan bagian tengah kapal terendam air. Tak menunggu lama, kapal  menungging dengan sudut kemiringan kurang lebih 45 derajat sehingga  ratusan orang berlarian ke bagian buritan (belakang) kapal untuk  menyelamatkan diri. Bagian tengah kapal kemudian patah karena tidak kuat  menahan struktur bagian buritan yang terangkat ke udara. Bagian buritan  terhempas ke air dan menimpa banyak orang yang berada tepat di sekitar  buritan. Setelah beberapa saat, bagian buritan kapal kembali terangkat  hingga tegak lurus terhadap permukaan air dan berangsur-angsur  tenggelam.
Baru-baru ini peristiwa kapal tenggelam  kembali terjadi. Sebuah kapal kontainer Russia “Mol Comfort” yang  memiliki panjang 316 meter patah menjadi bagian dua ketika berlayar di  laut Arab. Misteri masih menyelimuti tenggelamnya kapal tersebut karena  sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab dari patahan.  Patahan yang terjadi pada daerah lambung (tengah) kapal mengakibatkan  kapal terbagi menjadi dua bagian. Beberapa hari, bagian depan dan  belakang sudah terpisah cukup jauh bahkan bagian belakang sudah  tenggelam dan bagian depan masih terapung. Bagian yang terapung masih  diinvestigasi. Pihak yang berwenang mengklaim bahwa secara  regulasi/aturan kapal tersebut sebenarnya memenuhi standar. Lantas  bagaimana kita memahami sebuah kapal dapat terapung ataupun tenggelam?
Hukum Archimedes
Kapal bisa dianggap sebagai balok yang  terapung di permukaan air. Badan kapal laut sebagian besar terbuat dari  besi atau baja. Massa jenis besi atau baja lebih besar daripada massa  jenis air, tetapi mengapa kapal laut dapat terapung?. Agar kapal laut  dapat terapung, bagian dalam badan kapal laut dibuat berongga. Rongga  ini berisi udara yang memilik massa jenis lebih kecil daripada air.  Dengan adanya rongga ini, massa jenis rata-rata badan kapal laut dapat  dibuat lebih kecil daripada massa jenis air (ρbadan kapal < ρair). Dengan massa jenis badan kapal yang lebih kecil daripada massa jenis air itu, akan diperoleh berat kapal (W) lebih kecil daripada gaya ke atas (FA)  dari air sehingga kapal laut dapat tetap terapung di permukaan air. Hal  ini dapat dijumpai pada pelajaran fisika di sekolah, yaitu mengenai  hukum Archimedes.
Archimedes, seorang filsuf Yunani kuno  menyimpulkan bahwa, “Jika suatu benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat  cair, benda itu akan mendapat tekanan ke atas yang sama besarnya dengan  beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut”. Ketika suatu benda  dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah berkurang.  Peristiwa ini tentu bukan berarti massa benda menjadi hilang, namun  disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan  dengan arah berat benda.
Archimedes secara tak sengaja mengamati  fenomena fisika yang menjadi dasar “Prinsip Archimedes” ketika ia sedang  memasukkan dirinya pada bak mandi. Saat itu ia merasakan beratnya  menjadi lebih ringan ketika di dalam air, dan banyak air yang tumpah  keluar bak mandi sebanyak besarnya badannya yang dicelupkan ke dalam bak  mandi. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas (FA), dan lazim dikenal sebagai gaya Archimedes. Gaya apung sama dengan berat benda (W)  di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air. Nah, apa yang sudah  dijelaskan mengapa kapal bisa terapung tentunya memenuhi prinsip  Archimedes itu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum Archimedes dapat  diterapkan bukan hanya benda terapung (W < FA) tetapi juga untuk kasus benda melayang (W = FA) dan tenggelam (W > FA) di air.
About SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PRINSIP ARCHIMEDES PADA ILMU PELAYARAN
Posted by SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI Januari 19, 2018 0
Kapal laut adalah sarana transportasi  laut yang sangat penting untuk menghubungkan antara satu pulau dan pulau  yang lain. Selain itu, fungsi terpenting kapal laut adalah kemampuan  untuk dapat mengangkut muatan dalam jumlah yang sangat banyak. Merupakan  sebuah fakta yang perlu diketahui, seandainya barang-barang dari Pulau  Jawa didistribusikan menggunakan kapal laut untuk jarak yang jauh  (misalkan dari pelabuhan di Jakarta ke Semarang, Surabaya, dan kota-kota  di Bali dan Sumatra), harga barang-barang akan menjadi lebih murah dan  jalanan tidak akan rusak oleh penggunaan truk yang melebihi muatan.
Untuk menunjang fungsi kapal laut yang  sedemikian penting, tentunya kapal harus didesain agar tahan terhadap  beban-beban gaya yang bekerja, baik pada saat proses bongkar muat maupun  pada saat berlayar. Beban gaya yang bekerja pada kapal laut dapat  dikategorikan sebagai beban muatan dan beban struktur kapal itu sendiri  serta beban gaya yang dihadapi dari kapal itu seperti gelombang laut dan  angin.
Kapal Tenggelam
Kita masih ingat dengan kejadian tragis  yang merenggut 1502 nyawa manusia di kala kapal Titanic tenggelam di  Samudera Atlantik setelah menabrak gunung es. Titanic berlayar dari  Southampton menuju New York dan itu merupakan pelayaran perdananya.  Kapal penumpang dengan desain perabot interior yang sangat mewah pada  saat itu membuatnya menjadi kapal penumpang dambaan bagi setiap orang.  Namun, nasib malang menimpa kapal tersebut saat mengalami tubrukan  dengan gunung es.
Setelah tubrukan, air dengan cepat masuk  ke dalam kapal pada bagian haluan (depan). Berangsur-angsur bagian  haluan dan bagian tengah kapal terendam air. Tak menunggu lama, kapal  menungging dengan sudut kemiringan kurang lebih 45 derajat sehingga  ratusan orang berlarian ke bagian buritan (belakang) kapal untuk  menyelamatkan diri. Bagian tengah kapal kemudian patah karena tidak kuat  menahan struktur bagian buritan yang terangkat ke udara. Bagian buritan  terhempas ke air dan menimpa banyak orang yang berada tepat di sekitar  buritan. Setelah beberapa saat, bagian buritan kapal kembali terangkat  hingga tegak lurus terhadap permukaan air dan berangsur-angsur  tenggelam.
Baru-baru ini peristiwa kapal tenggelam  kembali terjadi. Sebuah kapal kontainer Russia “Mol Comfort” yang  memiliki panjang 316 meter patah menjadi bagian dua ketika berlayar di  laut Arab. Misteri masih menyelimuti tenggelamnya kapal tersebut karena  sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab dari patahan.  Patahan yang terjadi pada daerah lambung (tengah) kapal mengakibatkan  kapal terbagi menjadi dua bagian. Beberapa hari, bagian depan dan  belakang sudah terpisah cukup jauh bahkan bagian belakang sudah  tenggelam dan bagian depan masih terapung. Bagian yang terapung masih  diinvestigasi. Pihak yang berwenang mengklaim bahwa secara  regulasi/aturan kapal tersebut sebenarnya memenuhi standar. Lantas  bagaimana kita memahami sebuah kapal dapat terapung ataupun tenggelam?
Hukum Archimedes
Kapal bisa dianggap sebagai balok yang  terapung di permukaan air. Badan kapal laut sebagian besar terbuat dari  besi atau baja. Massa jenis besi atau baja lebih besar daripada massa  jenis air, tetapi mengapa kapal laut dapat terapung?. Agar kapal laut  dapat terapung, bagian dalam badan kapal laut dibuat berongga. Rongga  ini berisi udara yang memilik massa jenis lebih kecil daripada air.  Dengan adanya rongga ini, massa jenis rata-rata badan kapal laut dapat  dibuat lebih kecil daripada massa jenis air (ρbadan kapal < ρair). Dengan massa jenis badan kapal yang lebih kecil daripada massa jenis air itu, akan diperoleh berat kapal (W) lebih kecil daripada gaya ke atas (FA)  dari air sehingga kapal laut dapat tetap terapung di permukaan air. Hal  ini dapat dijumpai pada pelajaran fisika di sekolah, yaitu mengenai  hukum Archimedes.
Archimedes, seorang filsuf Yunani kuno  menyimpulkan bahwa, “Jika suatu benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat  cair, benda itu akan mendapat tekanan ke atas yang sama besarnya dengan  beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut”. Ketika suatu benda  dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah berkurang.  Peristiwa ini tentu bukan berarti massa benda menjadi hilang, namun  disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan  dengan arah berat benda.
Archimedes secara tak sengaja mengamati  fenomena fisika yang menjadi dasar “Prinsip Archimedes” ketika ia sedang  memasukkan dirinya pada bak mandi. Saat itu ia merasakan beratnya  menjadi lebih ringan ketika di dalam air, dan banyak air yang tumpah  keluar bak mandi sebanyak besarnya badannya yang dicelupkan ke dalam bak  mandi. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas (FA), dan lazim dikenal sebagai gaya Archimedes. Gaya apung sama dengan berat benda (W)  di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air. Nah, apa yang sudah  dijelaskan mengapa kapal bisa terapung tentunya memenuhi prinsip  Archimedes itu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum Archimedes dapat  diterapkan bukan hanya benda terapung (W < FA) tetapi juga untuk kasus benda melayang (W = FA) dan tenggelam (W > FA) di air.
Tagged with: Artikel
About SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI
                              This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
                            
Langganan:
Posting Komentar
                              (
                              Atom
                              )
                            
IKUTI KAMI DI FACEBOOK
FOTO KEGIATAN
LOKASI
VIDEO BIDIKMISI
VIDEO PIP
Comments
PENGUMUMAN
DAFTAR TARUNA/I YANG SUDAH BERANGKAT PRAKERIN/PRALA PER 3 MARET 2018
Berikut ini nama-nama taruna/taruni yang sudah berangkat Prakerin/Prala per tanggal 3 Maret 2018. Apabila terjadi kesalahan informasi harap...
POSTINGAN POPULER
- 
Salah satu syarat untuk melamar pekerjaan pada sebuah perusahaan pelayaran adalah sertifikat pelaut. Dimana sertifikat pelaut yang dimilik...
 - 
Proses pembuatan buku pelaut online di setiap daerah berbeda-beda, ada yang cepat dan ada juga yang agak terlambat, karena setiap daerah ju...
 - 
Berikut ini Taruna/i yang sudah terbit Sertifikat Laboratorium dan Simulator di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang sebagai prasyarat...
 - 
Sebelum mengikuti kegiatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Prala (Praktek Laut) setiap taruna/i diwajibkan meminta persetujuan dari orang ...
 - 
Seorang Pelaut termasuk kadet sangat memerlukan sekali Curriculum Vitae , karena hal ini digunakan untuk melamar Kerja ke Perusahaan kapal...
 


Tidak ada komentar: